Tsabita Aqdimah
Karya video ini merupakan bagian dari upaya merekam, merespons, dan merefleksikan kondisi pertanian kontemporer di Indonesia, dengan fokus khusus pada wilayah Bandung sebagai salah satu kawasan agraris sekaligus urban. Berangkat dari program residensi yang melibatkan interaksi langsung dengan praktisi pertanian lokal, karya ini menggali percakapan-percakapan intim sekaligus kritis mengenai tantangan dan harapan yang muncul di sektor pertanian hari ini.
Tokoh utama dalam video ini adalah Bapak Gari dan Ibu Sulis, sepasang suami-istri yang selama bertahun-tahun menekuni bidang pertanian di tengah berbagai keterbatasan dan perubahan zaman. Melalui wawancara yang dikemas menjadi empat bagian video, penonton diajak menyelami bagaimana keduanya memaknai praktik bertani, menjaga keberlanjutan tanah, menghadapi tekanan ekonomi, serta menanggapi perkembangan teknologi pertanian yang terus berubah.
Setiap video berdiri sebagai potongan cerita yang menyoroti tema-tema berbeda — mulai dari sejarah dan pengalaman pribadi bertani, krisis regenerasi petani muda, pengaruh iklim dan urbanisasi, hingga dinamika pasar lokal. Keempatnya membentuk satu narasi besar tentang wajah pertanian hari ini, sekaligus mengajak penonton untuk memahami kompleksitas yang ada di balik proses produksi pangan yang selama ini mungkin luput dari perhatian.
Tidak hanya mengandalkan wawancara, karya ini juga menggunakan pendekatan visual yang eksperimental. Selama residensi, berbagai sampel dari lingkungan pertanian—seperti potongan daun, tanah, biji, dan organisme kecil—dikumpulkan dan ditampilkan melalui sudut pandang mikroskop. Fragmen-fragmen visual ini menjadi lapisan naratif kedua, memperlihatkan detail detail tak kasat mata yang membuka ruang tafsir baru tentang alam dan siklus hidup yang menopang praktik pertanian. Dengan menampilkan mikrostruktur alam, video ini hendak menghadirkan cara pandang yang lebih dekat dan personal terhadap tanah sebagai sumber kehidupan.
Keseluruhan karya video ini tidak hanya ingin menjadi dokumentasi, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan dialog. Ia berupaya mempertemukan dunia pertanian tradisional dengan cara-cara pandang baru, baik dari perspektif sains, seni, maupun budaya. Dalam situasi di mana pertanian kerap dipinggirkan dalam narasi pembangunan kota, karya ini menghadirkan kembali suara petani sebagai subjek utama yang tak bisa dipisahkan dari keberlanjutan kehidupan manusia.
Melalui gabungan narasi lisan, visual eksperimental, dan konteks sosial pertanian, karya ini mengajak penonton merenungkan ulang relasi manusia dengan tanah, sekaligus mengundang kesadaran baru tentang pentingnya menjaga ekosistem pertanian yang sehat dan adil.
Sejauh mana kita benar-benar memahami perjuangan petani di balik makanan yang kita konsumsi setiap hari?
- Apa yang terjadi ketika tanah-tanah subur perlahan hilang menjadi bangunan?
- Apakah teknologi benar-benar membantu petani kecil, atau justru memperkuat ketimpangan?
- Jika bertani adalah pekerjaan yang menjaga kehidupan, mengapa profesi ini jarang dianggap penting?
- Bisakah kita membayangkan masa depan di mana tidak ada lagi petani?
- Seberapa jauh kita sebagai masyarakat kota bersedia terlibat dalam menjaga keberlanjutan pertanian?
Pertanyaan-pertanyaan ini mengundang kita untuk tidak sekedar menjadi penonton pasif, tetapi turut memikirkan ulang relasi kita dengan mereka yang bekerja di tanah, serta bagaimana pilihan kita sehari-hari berdampak pada keberlanjutan pertanian di masa depan.

Video art
Various Duration
2025
